Sabtu, 03 April 2010

Jangan Menghakimi

Bacaan: Matius 7:1-5
Suatu ketika, seorang ibu yang juga menjadi pekerja gereja sedang menunggui anaknya yang diopname di Rumah Sakit. Setelah beberapa waktu, secara bergantian ada orang-orang yang datang menjenguk anaknya. Beberapa di antara mereka berpikir bahwa keadaan ini disebabkan oleh dosa ibunya. “Ibu melakukan dosa apa sehingga Tuhan menghukum anak ini?” begitulah salah satu nasihat bernada menghakimi yang harus diterimanya. Meskipun tidak enak, ia tetap berusaha menerimanya sebagai bentuk didikan Tuhan dalam hal kerendahan hati.

Seandainya kita berada di antara kerumunan orang banyak pada waktu perempuan pelacur itu sedang pasrah menerima penghakiman dari orang lain, mungkin kita ingin menjadi orang yang ikut melempar batu juga, bahkan kalau bisa menjadi orang pertama dengan batu paling besar.

Perempuan ini memang bersalah, tapi ia lebih memerlukan belas kasihan daripada penghakiman. Ketika kedapatan sedang berzinah, perempuan pelacur ini tentu memahami perlakuan yang akan diterimanya. Ia sudah siap kalau pun harus dirajam dengan batu. Tetapi Yesus bisa melihat jauh ke dalam hati perempuan itu, yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang yang berada di kerumunan. Mungkin saja, seraya berjalan pulang, ada beberapa orang berkata dalam hatinya, “Kalau saja tidak ada Yesus, pasti sudah mati perempuan itu!”

Jangan menilai seseorang secara subyektif, atau sepihak, karena dengan demikian kita telah menghakimi orang lain. Sebelum menilai orang lain, nilailah dulu diri kita sendiri. Inilah yang dimaksud Yesus kala Dia mengatakan, “Mengapa engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedang balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Mat. 7:3). Harus diakui, kita kerap menghakimi orang dengan tujuan menutupi hal yang sebenarnya sedang dilakukannya juga.

Latihlah diri kita untuk tidak cepat menghakimi orang lain. Di hadapan Tuhan, kita tidak lebih benar dibandingkan orang lain. Lagi pula, ingatlah bahwa ukuran yang kita pakai untuk menghakimi orang lain, suatu saat ukuran tersebut akan kita terima dari orang lain. Apa yang kita tabur akan kita tuai.

Sumber: Renungan Malam, Mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komik